Beradasarkan data tahun lalu ,
dari 11 provinsi di Indonesia sudah terdpat total 473 kasus. Dengan korban yang meninggal karena penyakit
difteri ini sebanyak 32 orang. Yang paling banyak terkena penyakit difteri
adalah anak-anak pada usia 1-9 tahun yakni sebanyak 308 kasus , anak-anak usia
10-14 tahun 45 kasus, dan usia 15 tahun keatas( remaja sampai dewasa) 117
kasus.
Berikut data lengkap kasus
dan kematian difteri per Januari-November 2017:
Aceh
|
: 76 kasus, 3 kematian
|
Banten
|
: 57 kasus, 3 kematian
|
Jawa Timur
|
: 265 kasus, 11
kematian
|
Gorontalo
|
: 1 kasus, 0 kematian
|
Babel
|
: 3 kasus, 2 kematian
|
Kalimantan Barat
|
: 3 kasus, 1 kematian
|
Kalimantan Tengah
|
: 1 kasus, 0 kematian
|
Lampung
|
: 1 kasus, 0 kematian
|
Sulawesi Selatan
|
: 3 kasus, 0 kematian
|
Sulawesi Tenggara
|
: 4 kasus, 0 kematian
|
Sulawesi Tengah
|
: 1 kasus, 0 kematian
|
Riau
|
: 8 kasus, 0 kematian
|
Sumatera Barat
|
: 17 kasus, 0 kematian
|
Sumatera Selatan
|
: 2 kasus, 0 kematian
|
Sumatera Utara
|
: 2 kasus, 0 kematian
|
Jawa Tengah
|
: 12 kasus, 0 kematian
|
DKI Jakarta
|
: 13 kasus, 2 kematian
|
Jambi
|
: 4 kasus, 0 kematian
|
Jawa Barat
|
: 117 kasus, 10
kematian
|
Dari
data tersebut diatas, jelas bahwa penyakit Difteri ini sangat berbahaya dan
mematikan. Karena itu kita perlu mewaspadai penaykit ini dengan cara mengenal
ciri-ciri dari penyakit ini.
Hal
pertama yang perlu di ketahui adalah apakah yang dimaksut penyakit Difteri itu??
Penayakit Difteri adalah penyakit
yang di timbulkan akibat terinfeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae .
Bakteri difteri berasal dari
kelompok bakteri gram positif yang sifatnya sangat mudah menyebar, sehingga
risiko difteri akan mewabah pada suatu keluarga atau daerah sekitarnya menjadi lebih cepat bila tidak segera di tangani.
Bakteri difteri memiliki
kemampuan untuk memproduksi racun yang dapat terbawa ke aliran darah dan
tersebar ke berbagai organ di dalam tubuh. Akan terjadi dampak yang sangat
fatal ketika racun ini masuk ke jantung dan sistem saraf.
Apabila racun difteri masuk
ke jantung, maka ia dapat merusak otot-otot jantung sehingga menyebabkan
penderitanya mengalami gagal jantung dan berujung pada kematian.
Apabila racun difteri ini
merusak saraf pada sistem pernapasan, maka penderitanya akan mengalami
kesulitan bernapas, sesak napas, hingga gagal napas yang akan berujung pada
kematian.
Pada beberapa kasus difteri
juga dapat berdampak pada kulit. Penderita difteri jenis ini akan mengalami
borok pada kulit yang dapat menyebabkan kulit menjadi bolong.
Seseorang tidak akan meyadari
dirinya terinfeksi bakteri ini dalam kurun waktu + 2 hari. Karena dalam
kurun waktu tersebut, sesorang yang terinfeksi tidak merasakan gejala-gejala
atau dampak apapun dalam tubuhnya. Harus diketahui inkubasi penyakit difteri
terjadi antara 2-5 hari. Artinya setelah 2-5 hari terinfeksi barulah penderita
akan merasakan dan mengalami gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
difteri ini.
Pada umumnya Bakteri ini
menyerang selaput lendir pada tenggorokan dan hidung. Namun dalam kondisi
tertentu difteri juga bisa menyerang kulit.
Karena itu kita harus
mengenali Ciri – ciri dan gejala-gejala awal
saat Difteri ini terinkubasi.
Ciri – ciri dan gejala-gejala
awal yang ditimbulkan Bakteri Corynebacterium ( Penyakit Difteri) adalah:
Pada umumnya Bagian tubuh
yang pertamakali diserang oleh bakteri ini adalah kelenjar lendir pada
tenggorokan dan hidung. Sehingga akan tampak dan dirasakan gejala-geja DIFTERI sebagai
berikut:
- Mengalami radang tenggorokan.
- Demamnya tidak terlalu tinggi namun membuat badan terasa panas dingin (menggigil)
- Muncul lapisan berwarna putih hingga abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
- Sakit saat menelan.
- Suara menjadi serak.
- Demam menggigil.
- Detak jantung meningkat
Ciri khas terjangkitnya
seseorang dengan bakteri ini dapat dilihat dari terbentuknya lapisan berwarna
abu-abu yang disebut pseudomembran pada tenggorokan dan amandel. Lapisan
berwarna abu-abu tersebut merupakan tumpukan sel-sel mati akibat dari racun
yang dihasilkan oleh bakteri difteri. namun saat bakteri ini tidak segera
tidanganni pada tingkatan yang lebih lanjut Corynebacterium diphtheriae akan
memproduksi zat racun bernama exotoxin yang tersebar lewat aliran darah dan
dapat merusak organ vital seperti ginjal, jantung, jaringan saraf, dan otak.
Berikut ini gambar tenggorokan
yang terkena penyakit Difteri.
Contoh Tenggorokan yang terkena Penyakit Difteri pada anak |
Tanda-tanda
seseorang terkena penyakit difteri yang selanjutnya yakni:
Tubuh
menjadi lemas.
Sesak
napas.
Mengalami
pembengkakan pada limfa atau kelenjar getah bening. Dapat dilihat dari leher
yang membengkak.
Batuk
keras.
Mengalami
pilek yang berangsur-angsur semakin parah, bahkan disertai dengan mengeluarkan
ingus yang bercampur darah.
Mengalami
gangguan pada penglihatan.
Kesulitan
bicara.
Kerusakan
otot jantung.
Kerusakan
saraf dan otak.
Kematian.
Orang dewasa juga berpotensi
sebagai carrier atau pembawa kuman (bakteri difteri). Jadi meskipun mereka
tidak mengalami sakitnya, namun mereka tetap berpotensi menularkan difteri
kepada orang lain
Bagaimana
cara penularan penyakit difteri?
Cara penularan penyakit
difteri adalah melalui kontak langsung atau kontak jarak dekat dengan
penderita. Yang paling umum adalah terhirup percikan cairan/ lendir yang
bertebaran di udara pada saat penderita batuk atau bersin.
Selain itu difteri juga bisa
ditularkan melalui kontak dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh
bakteri Corynebacterium diphtheriae. Misalnya sapu tangan atau handuk bekas
pakai penderita, atau benda-benda lain yang dapat menjadi media perpindahan
bakteri difteri dari satu orang ke orang lainnya.
Pada kasus yang cukup langka,
difteri juga bisa ditularkan melalui kontak langsung pada borok difteri, yaitu
apabila seseorang menyentuh borok penderita difteri maka ada risiko orang
tersebut akan tertular.
Bagaimana
cara mencegah penyakit difteri?
Cara mencegah penyakit
difteri adalah dengan melakukan imunisasi DPT. Imunisasi DPT merupakan program
wajib dari pemerintah Indonesia. Imunisasi ini mencakup pemberian vaksin
difteri, pertusis, dan tetanus.Bisa dikatakan cara paling efektif untuk
mencegah penyakit difteri adalah dengan memastikan setiap anak pada setiap
daerah mendapatkan imunisasi DPT lengkap.
Di Indonesia, pemberian
vaksin DPT dilakukan 5 kali yakni saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan,
satu setengah tahun, dan lima tahun.
Dan untuk memberikan
perlindungan tambahan dapat juga diberikan booster dengan vaksin bernama
Tdap/Td pada usia 10 tahun dan 18 tahun. Vaksin ini dapat berikan ulang setiap
rentang waktu 10 tahun.
Berikut ini adalah beberapa
tips yang bisa dilakukan jika salah seorang anggota keluarga Anda terkena
penyakit difteri:
Jika
salah seorang anggota keluarga mengalami gejala yang mirip gejala-gejala awal
terkena penyakit difteri seperti disebutkan di atas, maka segeralah periksakan
ke dokter. Jangan ditunda-tunda.
Hindari
kontak langsung dengan penderita, juga kontak dengan barang-barang bekas pakai
penderita seperti sapu tangan atau handuk, hingga penderita mendapatkan
pengobatan dan benar-benar sembuh.
Jika
salah seorang anggota keluarga terkena difteri, maka anggota keluarga lainnya
juga harus menjalani pemeriksaan. Karena ada risiko terinfeksi.
Isolasi
barang-barang bekas pakai penderita, dan bersihkan dengan antiseptik hingga
benar-benar steril.
Jaga
kebersihan diri dan lingkungan. Biasakan mencuci tangan dengan sabun anti kuman
sebelum makan.
Meningkatkan
daya tahan tubuh dengan berolahraga, makan-makanan yang bergizi tinggi,
istirahat yang cukup, dan konsumsi suplemen vitamin terutama vitamin C.
Bagaimana
cara mengobati penyakit difteri?
Anak yang terserang difteri
harus segera mendapatkan pengobatan oleh dokter.
Pengobatan pasien difteri
dilakukan dengan menetralisir racun exotoxin, serta mematikan bakterinya. Hal
ini dilakukan dengan pemberian antitoksin difteri dan antibiotik seperti
erythromycin atau penicillin.
Penderita difteri juga harus
di isolasi agar tidak menyebarkan bakteri difteri kepada orang lain.
Dalam rentang waktu sekitar 2
hari setelah pemberian antitoksin dan antibiotik keadaan penderita difteri akan
mulai membaik.
Dokter akan melakukan
pemeriksaan apakah bakteri difteri sudah benar-benar tidak lagi menginfeksi
tubuh pasien. Apabila sudah bersih maka pasien bisa dinyatakan sembuh.
Bagikan artikel ini kepada
orang-orang terdekat Anda. Bantu mereka mengenali penyakit difteri agar dapat
melakukan tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat dan efektif
No comments:
Post a Comment